TNP2K Knowledge Hub with Universities Webinar Series: THE VULNERABLE GROUPS AMID COVID-19 IN INDONESIA

03 August 2020


Wapres

Perempuan, lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas merupakan sebagian dari kelompok rentan yang seringkali mengalami marginalisasi baik dari segi sosial ataupun ekonomi. Kelompok-kelompok ini menjadi lebih rentan lagi saat dihadapkan pada situasi krisis seperti saat pandemi ini. Hal ini dikarenakan akses mereka terhadap pemenuhan kebutuhan menjadi semakin sulit dan terbatas ditengah-tengah pandemi yang juga membatasi mobilitas semua lapisan masyarakat.

 

Pada Rabu, 29 Juli 2020, sebagai tindak lanjut dari rangkaian kegiatan knowledge-hub with universities, TNP2K mengadakan webinar kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada dengan judul “Kelompok Rentan dan Covid 19 di Indonesia”. Webinar ini merupakan salah satu bentuk respon TNP2K terhadap dampak Covid-19 kepada kelompok rentan di Indonesia.

 

Hadir dalam webinar ini  sebagai narasumber yaitu Budi Wibowo, Kepala BAPPEDA DIY; Agus Joko Pitoyo, Kepala PSKK UGM;  Dewi Haryani Susilastuti, Peneliti Senior dan Pakar Gender PSKK UGM; dan Dyah Larasati, Koordinator Kebijakan Sosial TNP2K. Webinar ini dimoderatori oleh Rissalwan Habdy Lubis yang saat ini bertugas sebagai Manajer Unit Knowledge Managemet TNP2K.
 

Gambar: Webinar TNP2K & PSKK UGM "Kelompok Rentan dan Covid-19 di Indoenesia"
Sumber: TNP2K (2020)

 

Webinar dibuka dengan sambutan oleh Elan Satriawan, Kepala Tim Kebijakan TNP2K. Elan menjelaskan bagaimana TNP2K berupaya untuk terus meningkatkan pemanfaatan produk pengetahuan dengan melakukan diseminasi bersama mitra-mitra strategis salah satunya perguruan tinggi. Kegiatan webinar ini merupakan salah satu bentuk diseminasi tersebut, dengan harapan dapat menjadi wadah pertukaran pengetahuan untuk mencari solusi terhadap masalah yang terkait dampak Covid-19 khususnya pada kelompok rentan, serta meningkatkan kesadaran tentang situasi kelompok rentan tersebut. 

Dilanjutkan dengan paparan dari Budi Wibowo, Ia menjelaskan terkait dengan refocusing anggaran yang dilakukan oleh Pemda DIY untuk rencana operasi pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Budi juga menekankan bahwa Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. 

Sesi dilanjutkan dengan paparan oleh Agus Joko Pitoyo terkait dengan dampak Covid-19 terhadap sektor informal, dimana ia menjelaskan bahwa pekerja sektor informal memiliki kesulitan bahkan tidak bisa berganti pekerjaan yang lebih menghasilkan di masa pandemi ini dikarenakan tidak adanya sumber daya ataupun fasilitas yang dapat mendukung mereka, akibatnya mereka menjadi lebih rentan khususnya terhadap goncangan ekonomi. 

Dyah Larasati selaku Koordinator Kebijakan Sosial TNP2K, menjelaskan terkait dengan kerentanan dari para penyandang disabilitas pada pandemi Covid-19 serta perlindungan sosial yang responsif dan inklusif bagi mereka. Diawali dengan gambaran keadaan penyandang disabilitas di Indonesia saat ini yang mana sekitar 9% (23,3 juta) penduduk Indonesia mengalami kondisi disabilitas. Akses disabilitas ke berbagai layanan dasar cenderung terbatas dan kalkulasi TNP2K juga menunjukkan jika disabilitas erat kaitannya dengan kemiskinan.

Pandemi Covid-19 telah meningkatkan resiko kerentanan secara langsung maupun tidak langsung kepada penyandang disabilitas, diantaranya: mobilitas yang semakin terbatas karena adanya kebijakan “tetap di rumah”, kemungkinan berkurang atau terbatasnya bantuan pendapatan dari anggota keluarga lainnya, dan meningkatkan pengucilan dan isolasi sosial yang akan mengakibatkan depresi, ketakutan, dan ketidakberdayaan. 

Dyah juga menyampaikan rekomendasi TNP2K bagi perlindungan sosial kedepan yaitu: perluas cakupan dan pastikan kesesuaian nilai manfaat, memastikan perlindungan sosial sepanjang hayat yang inklusif, komprehensif, dan terintegrasi, dan mengadakan simplifikasi mekanisme administrasi dan proses pendaftaran penerima manfaat. Kajian terkait dengan perlindungan sosial sepanjang hayat dan ringkasan kebijakannya dapat diakses di website resmi TNP2K.

Sesi paparan terakhir diisi oleh Dewi Haryani Susilastuti yang menjelaskan terkait dengan Covid-19 dan marginalisasi isu perempuan. Secara garis besar, Dewi menjelaskan bahwa Covid-19 telah menyingkap ketimpangan struktural yang menempatkan perempuan dalam posisi ekonomi, sosial, dan politik yang tidak menguntungkan. 

Webinar ini menghadirkan Juru Bahasa Isyarat (JBI) untuk memfasilitasi para penyandang disabilitas sensorik rungu wicara yang hadir. Webinar berlangsung dengan interaktif dimana sesi tanya jawab (Q&A) yang dipenuhi oleh berbagai pertanyaan dari para peserta yang sangat antusias. Selain itu peserta yang mengikuti acara ini melalui kanal YouTube TNP2K juga mengajukan pertanyaan melalui kolom komentar. Para peserta berasal dari berbagai elemen mulai dari mahasiswa, akademisi, hingga praktisi yang berjumlah 280 orang pada aplikasi Zoom dan Youtube live stream. (LRP)