Human Interest Stories: Short Story From Wanggita And Rafa Hamlets

Salah satu tantangan tinggal di desa terpencil adalah kesulitan atau bahkan ketiadaan jaringan telekomunikasi. Keterisoliran ini sering menyebabkan guru yang ditempatkan di desa terpencil tidak betah tinggal di desa, karena kesulitan mendapatkan informasi terkait administrasi kepegawaian, peningkatan keprofesian, maupun kebutuhan mendasar untuk menjalin hubungan dengan keluarga dan kerabat mereka. Kunjungan yang dilakukan oleh Tim KIAT Guru ke desa Wanggita dan Rafa di Kecamatan Arguni Atas, Kabupaten Kaimana, memberikan gambaran bagi keterbatasan telekomunikasi ini.

Setelah tiga jam berada di atas long boat dari kota Kaimana ke Bofuer, pusat Kecamatan Arguni Atas, bukit berwarna kehijauan mulai tampak dari kejauhan. Sembari bersigap untuk segera menjejakkan kaki di desa Wanggita, salah seorang anggota tim KIAT Guru mencoba untuk menyalakan ponselnya untuk mendeteksi sinyal yang ada. Namun, sayangnya, yang ada di sudut layar ponsel pintarnya itu hanyalah sebuah tulisan berbunyi ‘No Service’. Untunglah, beberapa dari anggota tim KIAT Guru telah dibekali telepon satelit untuk komunikasi darurat.

Tim KIAT GURU

Tim KIAT Guru Sedang Mencoba Menggunakan Telepon Satelit

 

Tak dinyana, persis di samping rumah distrik tempat tim KIAT Guru singgah, terdapat sebuah satelit milik sebuah perusahaan. Selain itu, di tengah siang yang sangat terik, ketika beberapa anggota tim berjalan kaki menuju sekolah, salah satu anggota tim melihat sebuah papan bertuliskan ‘Pusat Layanan Internet Kecamatan’ yang setelah diketahui merupakan sebuah bantuan dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Menkominfo).

Dengan harapan besar, ia masuk ke dalamnya, seketika harapannya hilang—walaupun semua piranti parabola, solar cell, baterai, komputer dan wi-fi berfungsi baik, tetapi kapasitas internet ternyata sangat lemah. Dinyatakan oleh kepala sekolah dan guru pembina bahwa sejak diaktifkan 2011 sampai Desember 2013 kapasitas internet sangat kuat dan lancar, tetapi mulai awal Januari 2014 tidak memungkinkan untuk mengunduh dan mengunggah data. 

Pusat layanan internet

Pusat Layanan Internet Kecamatan Distrik

 

Bantuan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia

SD Inpres Bofuer merupakan satu-satunya sekolah dasar di desa tersebut. Yang cukup mengejutkan, walaupun tidak ada jaringan telekomunikasi, setiap guru dan kepala sekolahnya memiliki ponsel. Tetapi, ironisnya, ponsel itu telah kehilangan fungsi utamanya—ia hanya dijadikan alat pemutar musik atau pengambil foto. Sebab lagi-lagi ketiadaan sinyal memaksa mereka untuk pergi ke desa seberang, Tanggaromi atau Kota Kaimana untuk menelepon atau mengirim pesan pendek (SMS).

Di desa Rafa yang dihuni oleh kurang lebih tiga puluh kepala keluarga, keadaannya malah lebih parah dibanding dengan di desa Bofuer. Sinyal SMS, telepon, dan internet nihil sama sekali. Tim KIAT Guru mengkonfirmasi hal ini dengan guru-guru di SD YPK Sawatawera yang juga merupakan satu-satunya sekolah dasar di sana. Untuk mengisi baterai ponsel, mereka harus mengandalkan genset kampung bila menyala. Meskipun beberapa dari mereka tahu cara memutar musik atau mengambil foto, masih ada yang belum paham cara mengatur setting ponsel, mengatur koleksi foto bila memori telah penuh, bahkan mengisi pulsa. Beberapa dari mereka meminta bantuan dari kerabat terdekatnya, misalnya anak-anaknya yang lebih akrab dengan perkembangan teknologi. Demikianlah tantangan kehidupan di daerah terpencil, yang menjadi kendala bagi upaya peningkatan pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di sana.

 

✭ ✯ ✰ ✱ ✲ ✳ ❃ ❂ ❁