TNP2K organised the dissemination of ‘Results of the Study on the Adequacy of the National Health Insurance Benefit Package for Participants with Disabilities’.
The Secretariat of the Vice President (Setwapres) organised a knowledge forum entitled ‘Dissecting Poverty Reduction Efforts’.
14 June 2022
World Bank menyatakan bahwa Indonesia saat ini masih belum cukup menciptakan lapangan kerja yang dibutuhkan kelompok kelas menengah untuk mendorong pertumbuhan. Hampir separuh penduduk Indonesia masih terjebak dalam kategori status calon kelas menengah. Kondisi ini yaitu mereka yang telah keluar dari kemiskinan, namun masih belum mampu mencapai status kelompok berpenghasilan menengah. Hal tersebut juga mempengaruhi kualitas hidup mereka.
Untuk mendiskusikan permasalahan tersebut, ISEAS – Yusof Ishak Institute menyelenggarakan webinar berjudul “A Double Whammy: Structural Challenges and Scarring Effects of the Pandemic on Indonesia’s Labour Market” pada Kamis, 2 Juni 2022. Webinar ini dimoderatori oleh Dr. Maria Monica Wihardja selaku Visiting Fellow dari ISEAS – Yusof Ishak Institute. Kegiatan ini mengundang tiga pembicara yaitu Prof. Devanto Shasta Pratomo selaku Profesor Bidang Ilmu Ekonomi Ketenagakerjaan di Universitas Brawijaya, Mr. Adhi Saputro selaku Ekonom Senior Pemimpin Kebijakan Makro di Prospera, dan Dr. Raden Muhamad Purnagunawan selaku Dosen Senior di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, yang juga sekaligus Ketua Tim Kebijakan Peningkatan Kapasitas Ekonomi, Sekretariat TNP2K.
Devanto menyampaikan bahwa Pandemi COVID-19 sangat memberikan dampak negatif pada perekonomian dan pasar tenaga kerja di Indonesia. Di tahun 2020 pangsa pasar pekerjaan sektor formal menurun ke angka kurang dari 40%, sedangkan pada sektor informal naik hingga 60%. Hal tersebut menunjukkan potensi pergeseran pekerja dari sektor formal ke sektor informal.
Hingga tahun 2021, masih belum ada pertumbuhan yang signifikan di pangsa pekerjaan sektor formal baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini diakibatkan oleh adanya PHK di sektor formal dan banyaknya kelompok muda yang mengalami banyak hambatan untuk masuk ke pekerjaan sektor formal, terutama karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengalaman yang memadai untuk mencari pekerjaan pada sektor ini. Pertumbuhan sektor formal yang lamban ini menunjukkan potensi scarring effect dari pandemi. Selain itu, Devanto juga mengungkapkan bahwa yang berpotensi menjadikan efek tertinggal lainnya dari pandemi ini dapat dilihat pada jumlah jam kerja dan pendapatan, yang hingga saat ini belum kembali ke level dan kondisi seperti sebelum era pandemi.
Adhi Saputro menambahkan, Pandemi COVID-19 telah menimbulkan sejumlah scarring effect yaitu dengan adanya sejumlah pangsa bisnis yang melakukan penutupan sementara usahanya selama pandemi. Perusahaan yang tetap bertahan biasanya mempekerjakan lebih sedikit pekerjanya, neraca perusahaan menjadi rusak yang kemudian memicu utang berlipat ganda, serta kemunduran investasi sebesar 10% dari potensi sebelumnya.
Raden Muhammad Purnagunawan atau biasa dipanggil Wawan, juga membenarkan hal tersebut. Scarring effect dari pandemi ini sangat dirasakan oleh penduduk usia kerja. Contohnya, tingkat pengangguran pada usia kerja yang cenderung meningkat dan terjadi kerugian yang signifikan dalam potensi pendapatan seumur hidup para pelajar, karena kehilangan proses pembelajarannya. Wawan juga menyebutkan bahwa terdapat hal lain yang berpotensi menimbulkan scarring effect dari pandemi, diantaranya yaitu melalui tiga saluran yaitu modal manusia (pengangguran, setengah pengangguran, ketidakcocokan keterampilan, depresiasi keterampilan, keluar dari pasar tenaga kerja, masalah kesehatan seperti COVID dan kesehatan mental, pelajar yang kehilangan pembelajaran, serta pengucilan sosial), modal fisik (depresiasi modal, penutupan perusahaan, perluasan sektor informal), dan jaringan perusahaan (pemutusan dari rantai nilai global).
Gambar: Webinar A Double Whammy: Structural Challenges and Scarring Effects of the Pandemic on Indonesia’s Labour Market
Sumber: Dokumentasi Kegiatan
Meskipun demikian, menurutnya masih terdapat hal-hal yang mampu menjadi harapan untuk mengatasi scarring effect dari Pandemi ini, antara lain yaitu peningkatan pasokan domestik, inflasi dapat menimbulkan kemunduran bagi permintaan konsumen, peningkatan kas perusahaan berbasis komoditas menjadi peluang jika dikelola dengan baik, memanfaatkan tren global yang muncul untuk membuat rencana pengembangan baru untuk bisnis dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu, Wawan juga menambahkan bahwa peningkatan produktivitas melalui teknologi digital selama pandemi juga dapat menjadi peluang untuk mengatasi scarring effect dari pandemi.
Di Indonesia sendiri menurut Wawan, pemerintah sudah memberikan sejumlah respon untuk mengatasi scarring effect dari pandemi ini. Seperti melakukan percepatan pemulihan dan penanganan kasus positif COVID-19 melalui vaksinasi dan peningkatan fasilitas Kesehatan, reformasi kebijakan, memperluas cakupan perlindungan sosial, membuat berbagai program untuk menyelamatkan dan memperluas lapangan pekerjaan (dukungan untuk perusahaan dan UMKM), membuat program untuk melindungi pekerja (subsidi BPJS-TK, program JKP, dan bantuan subsidi upah), serta memberikan pelatihan yang berkualitas melalui program kartu PraKerja.
Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi scarring effect pandemi, Wawan menegaskan bahwa penguatan institusi yang tahan terhadap guncangan tetap perlu dilakukan. Adapun rekomendasi kebijakan yang Ia ungkapkan adalah meningkatkan sistem kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pemerintah aktif, mempromosikan kebijakan pasar tenaga kerja yang aktif, serta melakukan reformasi pada sistem perlindungan sosial.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan atau TNP2K berkomitmen mendukung kebijakan mengatasi dampak dari persoalan scarring effect pandemi, dengan melakukan kajian untuk perkuatan program-program yang dijalankan. Kegiatan kajian sekretariat TNP2K yang menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan kebijakan salah satunya yaitu mengenai program jaminan sosial ketenagakerjaan. Selain itu, TNP2K juga turut terlibat aktif dalam memberikan masukan dan pandangan pada program kartu prakerja, mulai dari awal proses desain program, hingga yang terkini yaitu webinar bersama yang membahas hasil evaluasi program prakerja.
Bagi para pembaca yang tertarik dengan tema-tema seputar penanggulangan kemiskinan, silahkan mengunduh produk-produk pengetahuan TNP2K pada website Produk Pengetahuan TNP2K. Untuk mendapatkan perkembangan terbaru mengenai produk-produk pengetahuan TNP2K, silakan ikuti akun resmi media sosial TNP2K di Instagram: @tnp2k_official dan Twitter: @tnp2k